Usulan Presiden AS Donald Trum untuk memindahkan warga Gaza ke beberapa negara lain memperlihatkan dukungannya terhadap rencana pembentukan Israel Raya.
Rencana Trump tersebut jelas menunjukkan ketidakpeduliannya terhadap warga Palestina yang menjadi korban agresi Israel dengan korban sebanyak 47.00 lebih warga sipil meninggal dunia. Belum terhitung pulihan ribu yang terluka.
Israel sejak lama mengincar perluasan wilayahnya dengan menganeksasi daerah Palestina, melalui pendudukan, pembangunan pemukiman baru dan meneror warga. Israel ingin memperluas daerah penyangga agar lebih aman dari jangkauan rudal-rudal Palestina.
Senator Bernie Sanders, Senin, mengecam usul Presiden Amerika Serikat Donlad Trump untuk “membersihkan” Gaza dari jutaan warga Palestina dengan cara merelokasi mereka ke negara-negara seperti Yordania dan Mesir sebagai “pembersihan etnis” dan kejahatan perang.
“Ada istilah untuk ini – pembersihan etnis – dan itu merupakan kejahatan perang. Gagasan yang keterlaluan ini harus dikecam oleh setiap warga Amerika,” tulis Sanders di akun sosial X menanggapi pertanyaan kontroversial Trump itu.
Akhir pekan lalu (25/1), Trump menyerukan “pembersihan” Gaza dan pemindahan warga Palestina ke Mesir dan Yordania, seraya menyebut daerah kantong Palestina itu sebagai “lokasi pembongkaran” setelah perang genosida Israel.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Senin (27/1) menolak usulan Presiden AS Donald Trump untuk merelokasi warga Palestina ke luar Jalur Gaza.
“Kami menentang setiap rencana yang akan menyebabkan pemindahan paksa penduduk atau mengarah pada pembersihan etnis dalam bentuk apa pun,” ujar juru bicara PBB, Stephane Dujarric, dalam konferensi pers.
Pada Sabtu, Trump menyerukan untuk “membersihkan” Gaza dan memindahkan warga Palestina ke Mesir dan Yordania, dengan menyebut wilayah tersebut sebagai “lokasi yang telah hancur total” akibat perang genosida Israel.
Dujarric mengingatkan bahwa Mesir, Yordania, dan Liga Arab juga telah menolak usulan Trump tersebut.
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Jerman Christian Wagner menegaskan bahwa Jerman tetap berpegang pada konsensus internasional terkait status Gaza.
“Ada posisi bersama yang dipegang Uni Eropa, mitra Arab kami, dan Perserikatan Bangsa-Bangsa, yang sangat jelas: Penduduk Palestina tidak boleh diusir dari Gaza, dan Gaza tidak boleh diduduki secara permanen atau dipindahkan oleh Israel,” ujar Wagner.
Wagner menambahkan bahwa kelompok G7, yang terdiri dari negara-negara ekonomi utama dunia termasuk AS, sejauh ini secara konsisten mendukung posisi tersebut dalam berbagai pernyataan bersama.
“Pengusiran dari Gaza dan pembangunan permukiman baru di sana tidak dapat diterima. Hal ini juga telah kami tegaskan selama Pertemuan Menteri Luar Negeri G7 di Tokyo pada 2023. Dalam hal ini, saya pikir posisi kami sudah sangat jelas,” katanya menegaskan.
Wagner mencatat bahwa ide Trump tersebut telah ditolak oleh negara-negara di kawasan Timur Tengah dan menekankan bahwa fokus internasional tidak boleh bergeser dari upaya yang sedang berlangsung untuk mencapai gencatan senjata yang berkelanjutan di wilayah kantong Palestina tersebut.
Juru bicara Perdana Menteri Inggris Keir Starmer juga bmenolak pandangan kontroversial yang disuarakan Trump pada Sabtu (25/1) itu.
“Seperti yang telah dikatakan menteri luar negeri, bagi warga Gaza yang begitu banyak kehilangan nyawa, rumah, atau orang-orang terkasih, 14 bulan terakhir konflik telah menjadi mimpi buruk yang nyata. Itulah sebabnya Inggris terus mendorong adanya resolusi untuk konflik di Gaza.”
Menteri Luar Negeri Spanyol pada Senin (27/1) menolak gagasan Presiden AS Donald Trump untuk “membersihkan” Gaza dan merelokasi penduduknya ke sejumlah negara Arab di sekitarnya.
“Posisi kami jelas: warga Gaza harus tetap di Gaza. Gaza adalah bagian dari negara Palestina masa depan, yang harus dikelola oleh satu pemerintahan,” ujar Menteri Luar Negeri Spanyol Jose Manuel Albares saat berbicara di Brussel.
“Secepatnya, Gaza dan Tepi Barat harus berada di bawah kendali satu otoritas nasional Palestina,” lanjutnya.
Pada Sabtu, Trump mengatakan kepada wartawan bahwa dirinya telah berbicara dengan Raja Yordania mengenai kemungkinan menampung 1,5 juta orang dari Gaza.
“Hampir semuanya hancur, dan orang-orang sekarat di sana, jadi saya lebih memilih bekerja sama dengan beberapa negara Arab untuk membangun perumahan di lokasi lain, di mana saya pikir mereka mungkin bisa hidup damai,” ujar Trump dalam penerbangan pesawat kepresidenan Air Force One, menurut CNN.
Albares menegaskan bahwa Uni Eropa seharusnya lebih fokus untuk segera membantu “bencana kemanusiaan” di Gaza dengan menyediakan bantuan untuk kebutuhan pangan, kesehatan, dan pendidikan, serta memastikan keberadaan Lembaga Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina di Timur Dekat (UNRWA).
Ia menyatakan bahwa Spanyol akan meminta misi darurat Uni Eropa untuk diterjunkan di perbatasan Rafah guna membantu menormalisasi perbatasan antara Gaza dan Mesir.
Ia juga menawarkan Pasukan Polisi Sipil Spanyol (Civil Guard) untuk berpartisipasi dalam misi tersebut.
Spanyol berjanji akan meningkatkan bantuan keuangan untuk Palestina dan UNRWA menjadi 50 juta euro (sekitar 52 juta dolar AS atau sekitar Rp840,8 miliar).
“Kami memiliki harapan yang besar untuk Gaza, gencatan senjata (saat ini) belum permanen, tetapi kami perlu bekerja untuk mewujudkannya,” tegas Albares.
Smentara itu Mesir, Yordania, Liga Arab, dan Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) mengeluarkan pernyataan yang dengan keras menolak seruan apa pun untuk memindahkan atau merelokasi warga Palestina dari tanah mereka.